Profile Yayasan Nur Ikhsan

Yayasan Nur Ikhsan Kota Langsa didirikan pada tahun 2004, sejak didirikan Yayasan Nur Ikhsan berkomitmen untuk memberikan Pendidikan yang layak untuk Masyarakat Kurang Mampu / Anak-anak Putus Sekolah agar mendapatkan Pendidikan yang layak, hal tersebut coba kami buktikan dangan menghimbau betapa pentingnya Pendidikan bagi Masyarakat dan mengajak untuk bergabung di berbagai kegiatan yang ada di Yayasan Nur Ikhsan, Seperti Paket A, Paket B, Paket C, PKBM, KWD, KWK dan sebagainya yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan keterampilan bagi Masyarakat Kurang Mampu / Anak-anak Putus Sekolah di sekitar Kota Langsa. Dan syukur Alhamdullilah setelah 1 tahun berjalan, masyarakat tersebut pun menyadari bahwa pendidikan memang sangatlah penting, hal itu terbukti dengan banyaknya masyarakat Kurang Mampu dan Anak Putus Sekolah yang menuntut ilmu di Yayasan Nur Ikhsan.
Kini Setelah Kurang Lebih 6 Tahun Berdiri Yayasan Nur Ikhsan Kota Langsa terus berusaha memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat Kota Langsa untuk Menuntut Ilmu dan Keterampilan agar dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat bagi masyarakat kurang mampu dan anak-anak putus sekolah di Kota Langsa, dan oleh sebab itupun kami mencoba membuat, mengembangkan dan memperkenalkan Blog Yayasan Nur Ikhsan agar dapat memberikan dan mendapatkan informasi seputar Pedidikan Luar Sekolah pada umumnya dan seputar Yayasan Nur Ikhsan Khususnya. Kami pun berharap agar apa yang telah Yayasan kami dan Yayasan lain yang telah lebih dahulu membuat Blog milik Yayasan dapat diikuti oleh Yayasan lainnya, sehingga dapat memudahkan Yayasan tersebut untuk mendapatkan dan berbagi informasi seputar Pendidikan Luar Sekolah dan kegiatan lain yang dapat bermannfaat bagi masing-masing Yayasan. Insyaallah...

Rabu, 14 Juli 2010

Masih Soal Jambore PTK-PNF 2010


Jambore PTK-PNF tahun 2010 telah selesai, dan alhamdullilah kota langsa juga mendapat 2 juara kedua di perlombaan Pembelajaran Bahasa Inggris dan Pengelola Blog yang semua berasal dari Yayasan Nur Ikhsan. namun ada yang sangat disayangkan saat pelaksanaan Jambore tahun ini. sebelumnya saya mohon maaf bukan maksud saya untuk mencemooh kinerja panitia jambore namun lebih kepada kritik membangun agar pelaksanaan Jambore selanjutnya dapat berjalan maksimal.
Yang pertama adalah Kesiapan Panitia, perlengkapan dan tempat harus semaksimal mungkin.
kedua : Jangan sampai ada lagi perlakuan diskriminatif dari panitia terhadap peserta.
sebagai contoh ada kabupaten / kota yang mengirim peserta melebihi dari yang di yang telah ditentukan oleh panitia, kemudian ada PKBM dari salah satu Kabupaten / Kota yang mengajak orang luar lingkungan PKBM (Instruktur Senam, Pengelola IT, Penata Rias Pengantin dsb), hal tersebut sangat kami sayangkan karena sangat merugikan PKBM lain yang memang mengirimkan peserta yang memang berasal dari PKBM tersebut yang bermaksud untuk berkompetisi secara fair dan memperkenalkan kegiatan yang telah dimiliki / dilaksanakan oleh PKBM tersebut.
dan mungkin yang terakhir : Juri perlombaan kalau memungkinkan harus Juri yang memang kompeten di bidangnya, agar tidak terjadi unsur / Faktor ...isme.
Namun meskipun pelaksanaan Jambore masih jauh dari apa yang diharapkan, namun kami tetap berterima kasih kepada panitia pelaksana kegiatan Jambore PTK-PNF 2010 yang karena oleh mereka kami banyak mendapatkan masukan dan pengalaman agar Yayasan kami berusaha lebih baik lagi kedepannya.
dan kami juga ingin mengucapkan selamat atas terbentuknya Konsorsium Forum Komunikasi PNFI Aceh yang baru terbentuk, semoga Konsorsium tersebut dapat menjadi jembatan kami kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi. Amien...

Kamis, 08 Juli 2010

Pembukaan Jambore PTK-PNF 2010

Hari ini kamis 8 juli 2010 saya berada di kota banda aceh, tujuan saya datang ke banda aceh adalah untuk mengikuti perlombaan yang diadakan dalam rangka Jambore PTK-PNF tahun 2010, secara kebetulan kota langsa sendiri mengirimkan 5 orang peserta dan 3 orang pesertanya berasal dari Yayasan Nur Ikhsan, termasuk saya sendiri untuk mengikuti berbagai perlombaan yang diadakan dalam kegiatan ini, ada beberapa hal yang menarik tentang Jambore PTK-PNF tahun ini, namun yang coba saya angkat menjadi posting saya kali ini adalah tentang Pembukaan Jambore 2010.

Acara pembukaan Jambore 2010 dilakukan di hotel Hermes Palace, berbeda dengan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di Hotel Daka. Selain dari Dinas Pendidikan Provinsi Banda Aceh acara ini juga dihadiri oleh Direktur Pendidikan Non Formal Bpk. Eman Syamsyudin, Direktur Pembinaan Kursus dan Kelembagaan, Bpk. Wartanto, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (Maaf namanya tidak terdengar jelas oleh saya), Direktur HISPPI PNF, Bpk. Nasrullah Yusuf (Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan nama dan gelar) yang menjadi utusandaripemerintah pusat. Selain dari itu pembukaan acara tersebut juga dihadiri oleh Sekda Aceh, Muspida Aceh dan Anggota DPR Aceh.

Ada banyak hal penting yang sangat menarik perhatian saya tentang Program, Visi dan Misi Program yang disampaikan oleh para pembicara (termasuk utusan dari pemerintah pusat) ketika acara pembukaan jambore PTK-PNF ini berlangsung, namun yang paling menarik perhatian saya adalah beberapa pernyataan dari Sekretaris Dinas Pendidikan Propinsi Aceh, Bpk. Zulkifli, yang pertama ialah harapan agar Konsorsium Forum Komunikasi PNFI Aceh yang baru terbentuk dapat menjadi jembatan pengelola PNF untuk menyampaikan aspirasinya kepada Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat.

Yang kedua adalah pernyataan beliau tentang Propinsi Aceh yang seperti pelangi, maksudnya adalah dengan keberagaman yang ada di Propinsi Aceh menurut beliau sangatlah cocok untuk dijadikan sebagai Pilot Project Pendidikan Non Formal dan Aceh mempunyai seorang tokoh besar yang berasal dari Pendidikan Non Formal tokoh yang dimaksud adalah Alm. Tgk. Chik Ditiro, yang berlatar belakang pendidikan dari pesantren, dan semoga akan tercipta tokoh-tokoh seperti beliau dari pendidikan non formal dimasa depan.

Dan yang ketiga adalah kritikan yang sangat pedas terhadap DPR Aceh dan Pemerintah Propinsi Aceh yang juga disampaikan oleh beliau (Bpk. Zulkifli), agar lebih pro aktif mengenai masalah pendidikan, khususnya pendidikan non formal.

Ya harapan saya dan mungkin juga seluruh peserta yang hadir dalam pembukaan Jambore tersebut semoga apa yang menjadi harapan beliau (Bpk. Zulkifli) dapat menjadi kenyataan, dan kritikan beliau dapat menjadi cambuk terhada DPR Aceh dan Pemerintah Propinsi Aceh untuk berbuat lebih baik lagi demi kemajuan dunia pendidikan non formal di Aceh.
Insyaallah....

Senin, 05 Juli 2010

Jambore PTK-PNF

Keluarga Besar PTK-PNF kembali menggelar ajang kreatifitas dan arena unjuk prestasi dalam acara Jambore 1000 PTK-PNF Tingkat Propinsi Nangroe Aceh Darussalam Tahun 2010. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam ini diikuti oleh seluruh Kabupaten / Kota se Nangroe Aceh Darussalam yang hampir kesemuanya mengikuti cabang lomba.
Dari semua cabang lomba tersebut salah satunya adalah lomba Pengelola IT yang bertemakan Pengelolaan Blog PNF. dan menurut kami salah satu tujuan mengikuti lomba adalah untuk lebih mengeksiskan blog milik yayasan, terlebih yang datang dalam kegiatan jambore tersebut adalah utusan dari seluruh PKBM yang mana memang sangat diharapkan program-program yayasan dapat dipublikasikan lewat blog tersebut sehingga masyarakat dapat mengakses dan memanfaatkannya.
Jambore itu sendiri akan berlangsung di kota banda aceh dari tanggal 7 s/d 11 Juli 2010 dan berdasarkan kabar yang kami dengar jambore tersebut akan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan dihadiri pula utusan Kemendiknas, harapan kami semoga kota langsa dapat menjadi salah satu pemenang dalam perlombaan yang dilaksanakan pada Jambore PTK-PNF tahun 2010 ini.
insyaallah...

PKBM diminta pertahankan mutu & SDM

Peserta Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK)-C tahun ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.

Hal ini kemungkinan dengan selesainya program wajib belajar masyarakat selama 12 tahun, atau semakin banyaknya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang ada. Kemudian, adanya kesempatan ujian ulangan bagi siswa tidak lulus Ujian Nasional (UN) tahun ini.

“Dengan terjadinya penurunan itu diharapkan PKBM yang ada tetap mempertahankan mutu dan kualitas para SDM yang ada terutama para tutor atau pengajar dengan klasifikasi yang setandar yakni lulusan S-1, seperti halnya di sekolah formal,” kata kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Hasan Basri.

Ditambahkan, meskipun jumlah peserta menurun, tetapi sangat diharapkan bagi pengelola PKBM agar memperhatikan kualitas dan mutu pendidikan bagi peserta di PKBM masing-masing.

Hal ini sangat penting mengingat lembaga ini masih memberikan kontribusi bagi pencapaian program wajib belajar 12 tahun di masyarakat. Demikian pula terhadap tenaga pendidik atau para tutor di dalamnya, hendaknya memenuhi kualitas dan standar yang ditentukan oleh lembaga pendidikan non formal itu sendiri.

"Saat ujian seperti ini misalnya, penegakan kedisiplinan oleh pengawas terhadap peserta ujian hendaknya sama dengan kedisiplinan yang diterapkan siswa yang ikut Ujian Nasional dalam pendidikan formal. Sehingga tidak ada kesan bahwa UNPK ini kesannya asal-asalan saja hanya untuk mendapatkan ijazah Paket C. Ini lembaga pendidikan setara, dimana ijazah lulusannya juga bisa dipergunakan seperti sekolah formal. Jadi harus menjaga mutu dan kualitasnya dengan baik," katanya.

Manahan Lubis, selaku panitia penyelenggara ujian ini membenarkan adanya penurunan jumlah peserta. Menurut data, katanya, peserta di kecamatan ini tahun lalu 100 orang lebih, tahun ini ada 90 orang dan yang hadir hanya 76 orang.

Bahkan data keseluruhan Kota Medan mencapai 1.555 orang dan tahun lalu ada 1.646 peserta. Meski terjadi penurunan, pihaknya tetap mengingatkan kepada PKBM untuk tetap optimal dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dan menyiapkan para tutor atau tenaga pengajar yang mempunyai SDM di bidangnya masing-masing.

Artikel Ini Dikutip Dari Waspada Online Edisi 24 Juni 2010

Banyak Napi Ingin Sekolah

Tingginya minat sekolah narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin (Lapassuka), membuat Lapassuka kembali menggelar program Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sebelumnya, program yang dimulai 2002 ini sempat terhenti dan terakhir meluluskan siswanya tahun 2006. “Lulusan terakhir program KBM pada 2006 lalu. Sekarang dimulai kembali yang diikuti angkatan 2007 yang mengikuti ujian 2010 ini,” kata ketua program KBM Lapassuka, Suparman, di sela pelaksanaan Ujian Paket C di Lapassuka, Jalan AH Nasution.

Tahun ini, Ujian Paket C di Lapassuka diikuti 19 napi, yang semuanya warga binaan Lapassuka. Ujian Paket C di Lapassuka digelar Selasa (22/6) hingga Jumat (25/6) mulai pukul 13.00. Mata pelajaran pertama program IPS dan IPA adalah PPKn dan Bahasa Inggris. Hari kedua, Sosiolgi dan Geografi (program IPS) dan Biologi dan Kimia (IPA). Kamis (24/6), Bahasa Indonesia dan Ekonomi (IPS) dan Bahasa Indonesia dan Fisika (Program IPA). Jumat (25/6) Matematika.

Suparman mengatakan, narapidana harus memiliki ijazah terakhir untuk bisa mengikuti program KBM. Namun ijazah ini menjadi kendala karena masih banyak napi yang tidak bisa menyediakannya. "Minat para napi meneruskan sekolah sangat besar. Banyak yang ingin ikut tapi banyak yang tidak bisa menyediakan ijazah," ungkapnya.

Karena terkendala ijazah itulah, maka banyak napi yang tidak bisa program KBM. Alasannya, ada napi yang mengaku ijazahnya hilang, dan ini harus ada keterangan dari polisi. Lalu, banyak juga yang kurang mendapat perhatian keluarga terkait penyediaan ijazah ini. Padahal pihaknya, tidak terbuka jika napi ingin melanjutkan sekolah. "Sebenarnya kita sudah coba hubungi keluarga, tapi ijazahnya tidak ada," tuturnya.

Selain itu, program KBM Lapassuka sendiri hanya mampu menampung maksimal 20 peserta. Program KBM, terangnya, jenjang pendidikan SMP/SMA yang ada di Lapassuka. Pesertanya harus mampu menyelesaikan sekolah dalam waktu 3 tahun. Pengajar diambil dari petugas Lapassuka.

Mata pelajaran yang diajarkan sama dengan sekolah umumnya, plus keterampilan. Waktu belajarnya tiap Senin, Selasa, Kamis. “Lewat program ini, peserta juga diajarkan keterampilan. Misalnya belajar teknik percetakan dan membuat laying-layang,” ujarnya. Pelaksanaan ujian Paket C dilakukan di Ruang 81 Lapassuka. Ruang tersebut diawasi 4 pengawas, 2 dari lapas dan 2 dari Disdik Jabar termasuk penilik. "Diharapkan peserta ujian ini lulus semua," harap Suparman.

Kepala Bidang Pendidikan Formal dan Informal Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar Kamarul Bachri mengatakan, pelaksanaan ujian Paket C di Jabar secara umum lancar dan aman. "Begitu juga di Bandung, yang jumlah total pesertanya mencapai 1.784 peserta," papar Kamarul, ketika meninjau pelaksanaan ujian Paket C di Lapassuka.(men/aj/jpnn)

Artikel Ini Di Kutip Dari Harian Jawa Pos Edisi 23 Juni 2010

Kamis, 01 Juli 2010

Anak Tukang Ojek Masuk UI Tanpa Tes

Jejak Aisyah Nur Kumalasari (17), siswi kelas XII IPA 1 SMAN 40 Pademangan, Jakarta Utara, rasanya patut diteladani atau diikuti oleh pelajar di Jakarta atau bahkan di Indonesia.

Keluarganya yang tergolong miskin tak membuat Aisyah surut dalam menimba ilmu. Alhasil, gadis berparas ayu ini memetik hasilnya, yakni berhasil masuk perguruan tinggi di Universitas Indonesia tanpa melalui tes, tidak seperti calon mahasiswa lainnya.

Ya, nasib mujur saat ini tampaknya tengah berpihak pada warga Pademangan Timur VIII/5, RT 014/ RW 010, Pademangan, ini. Putri pasangan Bogi Saptono (46) dan Paryanti (40) ini berhasil melenggang ke kampus biru yang cukup bergengsi di negeri ini, Universitas Indonesia.

Menariknya, Aisyah berhasil masuk ke kampus itu tanpa harus bersusah payah seperti siswa lainnya, mengikuti berbagai macam tes. Tentu ini menjadi kebanggaan, baik bagi keluarga maupun tempatnya bersekolah, yakni SMAN 40 Jakarta. Kini anak seorang tukang ojek itu diterima di Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Gizi.
Kehidupan keluarganya yang tergolong miskin, tak membuat Aisyah surut dalam menimba ilmu
Sumber: JAKARTA, KOMPAS.com —

PKBM, Sebuah Jalan untuk Mandiri

APAKAH Anda siap untuk mandiri?” Jika pertanyaan itu Anda lontarkan kepada siswa SMA ataupun mahasiswa perguruan tinggi yang baru saja lulus, sebagian besar dari mereka akan menjawab tidak. Lulusan SMA dan perguruan tinggi umumnya memilih bekerja untuk orang lain alias menjadi karyawan. Mereka tidak dididik untuk mandiri membuka usaha sendiri atau menciptakan lapangan pekerjaan.

Di saat krisis moneter tahun 1997 menghempas perekonomian Indonesia, ternyata kerja-kerja sektor informal ataupun pekerjaan yang berbasis keterampilan tidak ikut terpuruk. Ketika usaha bermodal besar berjatuhan, usaha-usaha bermodal kecil ini justru hidup. Indonesia bisa bertahan hidup dari sektor usaha kecil menengah (UKM) ini.

Orang pun menyerbu kursus-kursus praktis yang memberikan keterampilan kerja siap pakai, yang siap dijadikan sebagai modal kerja mandiri. “Ada lulusan IPB yang kebingungan mencari pekerjaan. Dia lalu ikut kursus menjahit selama tiga bulan. Sekarang dia sudah setengah konglomerat dari usaha menjahit,” kata Direktur Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Departemen Pendidikan Nasional Ekodjatmiko Sukarso.

Animo masyarakat terhadap pendidikan nonformal ini tidak bisa dibilang kecil. Sekarang ini di Indonesia tercatat ada 22.510 lembaga kursus dan pelatihan. Sementara itu, jumlah seluruh perguruan tinggi (PT) di Indonesia hanya sekitar 3.000.

Sayangnya, tidak semua orang memiliki dana cukup untuk mengikuti kursus-kursus yang memberikan keterampilan khusus tersebut. Oleh karena itu, sejak tahun 1998 Direktorat Pendidikan Masyarakat mulai merintis pembentukan wadah kegiatan belajar yang diberi nama Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang menyediakan pendidikan formal dan nonformal secara gratis bagi warga masyarakat kurang mampu.

Masyarakat dapat memilih kegiatan berdasarkan dengan kebutuhan dan masalahnya. Kegiatan PKBM terbagi dalam tujuh jenis, yakni: pendidikan, di mana warga dapat mempelajari berbagai hal melalui berbagai sumber, seperti guru, pelatih, narasumber teknis, kursus-kursus pelatihan, tetangga, teman, maupun dari tetangga desa melalui observasi atau kunjungan.

Keterampilan kerja, di mana warga dapat meningkatkan kemampuan kerja mereka melalui pembelajaran dari tokoh masyarakat, narasumber teknis, berbagai media pendidikan, dan melalui kerja nyata di masyarakat. Kegiatan seperti ini memungkinkan warga meningkatkan tingkat pendapatannya yang sekaligus mendorong perbaikan terhadap landasan ekonomi masyarakat.

Layanan informasi, di mana warga masyarakat dapat mengikuti kegiatan belajar sepanjang hayat kapan pun mereka inginkan. Kegiatan-kegiatan ini dapat meliputi membaca buku dati taman bacaan masyarakat (TBM), mengunjungi pameran, membaca majalah dinding, mendengarkan program radio, menyaksikan program televisi, atau mencari informasi dari Internet.

Rekreasi, di mana warga dapat mengikuti beragam kegiatan permainan untuk meningkatkan daya pikir dan kesehatan badannya. Kegiatan ini meliputi latihan fisik, kompetisi olahraga, menari, menyanyi, drama, melukis, dan merangkai bunga. Semuanya di samping bertujuan menjalin kesatuan di antara warga masyarakat, juga dengan masyarakat tetangga.

Kesehatan dan kebersihan, ini merupakan kegiatan di mana warga dapat mempelajari cara-cara pencegahan penyakit, kesehatan dasar, dan gizi makanan yang lebih baik.

Kegiatan peningkatan kualitas hidup akan memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi warga masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan khusus mereka. Kelompok ini meliputi perempuan, pemuda, orang tua, dan penyandang cacat.

Kegiatan agama dan budaya dapat diikuti warga, di mana tetua dan ulama setempat dapat menularkan keahlian dan sifat bijak yang mereka miliki kepada generasi berikutnya. Kegiatan ini memberikan kontribusi terhadap pendidikan sepanjang hayat secara berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan yang telah ada di masyarakat dan sekaligus membuka kesempatan bagi setiap orang untuk menggagas, membuat keputusan, dan bertindak menuju tujuan akhir: pemberdayaan masyarakat.

SEBAGAI salah satu institusi pendidikan nonformal/pendidikan masyarakat dan wadah pembelajaran dari, oleh, dan untuk masyarakat, maka PKBM bersifat fleksibel dan netral. PKBM disebut fleksibel antara lain karena ada peluang bagi masyarakat untuk belajar apa saja sesuai dengan yang mereka butuhkan. Di PKBM, warga masyarakat di bawah bimbingan tutor dapat secara demokratis merancang kebutuhan belajar yang mereka inginkan.

Misalnya, di suatu PKBM dapat diselenggarakan beberapa program pembelajaran yang beraneka ragam, seperti program Kelompok Belajar Usaha, Keaksaraan Fungsional, Paket A setara SD, Paket B setara SMP, Paket C setara SMA, kursus menjahit, kursus merias pengantin, kursus las, atau program keterampilan lainnya.

PKBM bersifat netral karena tidak menggunakan atribut Dikmas atau pemerintah. Oleh karena itu, semua lembaga/instansi pemerintah atau swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau pihak-pihak lain dapat memanfaatkan keberadaan PKBM sepanjang untuk kepentingan kemajuan masyarakat. Misalnya ada PKBM yang diselenggarakan oleh LSM, pesantren, atau lembaga- lembaga keagamaan, organisasi masyarakat, serta yang diprakarsai oleh perusahaan. Dikmas berperan memfasilitasi, sedangkan prakarsa ada pada masyarakat itu sendiri.

Jumlah PKBM hingga saat ini tercatat sebanyak 1.896 unit. “Dari jumlah itu tidak ada satu pun PKBM bikinan pemerintah, begitu juga kursus. Semua bergantung pada permintaan pasar. Setelah PKBM didirikan masyarakat, baru diberitahukan kepada Dikmas,” kata Ekodjatmiko.

Pemerintah hanya memberikan block grant untuk perbaikan manajemen dan mutu PKBM. Pada tahun 2001, sebanyak 400 PKBM menerima block grant dari pemerintah, masing-masing sebesar Rp 50 juta. Pada tahun 2002, sebanyak 300 PKBM dan tahun 2003 sebanyak 312 PKBM. Pemberian block grant ini didasarkan pada kompetisi proposal yang masuk. Yang dinilai adalah kinerja dari PKBM tersebut.

“Kalau PKBM itu memang bisa mengakomodasi banyak kegiatan, seperti buta aksara, putus sekolah, dan kursus keterampilan, sehingga masyarakat di sekitarnya bisa bangkit, maka PKBM itu kita beri block grant,” kata Ekodjatmiko.

Data dari Dikmas menyatakan, per akhir Desember 2003 tercatat angka buta huruf di Indonesia untuk usia 10 tahun ke atas sebesar 18,7 juta penduduk, sedangkan mereka yang putus sekolah dasar sebanyak 200.000-300.000 orang per tahun.

Tentulah angka-angka tersebut masih terbilang besar. Untuk mengurangi jumlah mereka yang masih buta aksara maupun yang putus sekolah, keberadaan PKBM sangat diperlukan. “Wilayah PKBM ini adalah remote areas yang akses ke sekolah tidak ada, maka diadakan PKBM. Kegiatannya bisa di mana saja, seperti di Desa Pekraman, Bali, kegiatan belajarnya dilakukan di banjar desa. PKBM itu generik name, dia bisa disebut apa saja. Misalnya, sanggar belajar masyarakat,” ujar Ekodjatmiko.

Dalam rangka peningkatan kualitas dan pemberdayaan PKBM dalam era otonomi daerah yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2001, maka dirasakan perlu adanya strategi baru dalam pengembangan PKBM di masa mendatang. Strategi yang diperlukan di antaranya adalah perlu adanya antisipasi terhadap kebutuhan belajar yang beraneka ragam. Untuk itu dianggap sudah mendesak perlu dikembangkan program yang beraneka ragam (diversifikasi dan diferensiasi).

Untuk mempersiapkan pemandirian PKBM, perlu adanya unit-unit produksi usaha yang relevan dengan keadaan lingkungan. Perlu dikembangkan pusat informasi dan pemasaran hasil-hasil usaha PKBM di setiap kabupaten/kota. Perlu dikembangkan model lembaga pengembangan bisnis di PKBM yang potensial untuk pembelajaran usaha. Untuk mengukur kemajuan PKBM, perlu dikembangkan kriteria dan alat ukur yang jelas sehingga setiap PKBM dapat menilai kinerja sendiri.

PKBM memang bisa menghidupkan daerah. Kursus-kursus yang digelar pun tidak sembarangan karena di akhir kursus ada uji kompetensi, seperti ujian nasional maupun internasional. Umpamanya, kursus bahasa Mandarin atau sempoa. Bahkan, kursus merangkai bunga pun ujiannya ada yang di Belanda dan Amerika. Produk- produk yang dihasilkan oleh mereka yang belajar di PKBM ada yang berkualitas ekspor, seperti mebel-mebel dari bahan baku eceng gondok. Hasil penjualannya pun dapat diputar kembali untuk kegiatan PKBM dan dapat menghidupi warganya. (kompas)

link artikel : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0405/01/Didaktika/999897.htm

Murid SD Tertua di Dunia

Ada sebuah kisah di dataran China, tepatnya di Kota Jinan, Provinsi Shandong. Seorang nenek berusia 102 tahun bertekad menuntut ilmunya dengan menjadi murid salah satu sekolah dasar di daerah setempat.

Dialah Ma Xiuxian, sosok nenek tersebut. Sosok yang tidak berlebihan jika disebut sebagai murid SD tertua di dunia.

Luar biasa, memang. Di usia yang tidak semua orang bisa mencapainya itu, Ma masih memiliki motivasi dan keinginan untuk bisa belajar selayaknya seorang anak kecil.

Melihat betapa bersemangatnya Ma untuk menghabiskan sisa usianya yang sudah sangat senja dan hanya tersisa hitungan hari demi hari tersebut, tidakkah membuat mata hati kita tergerak untuk lebih bersemangat menuntut ilmu, sampai kapan pun dan dalam kondisi seperti apa pun?

Kisah tentang Ma yang dikutip dari Kompasiana ini cukup memberikan inspirasi bahwa betapa sangat berharganya ilmu, bahkan di sisa hidup yang sudah senja sekalipun.

Pelajaran yang sangat berharga dari tulisan di kompas ini patut kita teladani, bahwa ternyata benar menuntut ilmu itu menjadi hak tiap individu tidak peduli usia.

Bagiamana untuk Indonesia, tentu saja bisa. Karena ada banyak Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di berbagai pelosok negeri ini. Siapapun bisa belajar dan mendapatkan bimbingan baik pengetahuan sekolah maupun keterampilan.

Jadi tidak ada alasan lagi bagi orang yang ingin mendapatkan hak belajar dan berketerampilan lantas terbengkalai keinginannya. Dengan adanya PKBM, maka masyarakat dapat belajar di mana pun dan kapanpun.

Semangat Belajar Pantang Menyerah

PESERTA program kesetaraan baik Paket A. B, maupun C, memiliki berbagai alasan yang akhirnya mendorong mereka untuk mengambil program ini.

Pada umumnya, alasan utama yang lazim ditemui di berbagai PKBM adalah masalah keterbatasan finansial peserta yang mengharuskan mereka meninggalkan bangku sekolah formal. Upi hanya salah seorang dari sekian banyak peserta program paket kesetaraan yang terpaksa hengkang dari sekolahnya karena masalah ini.Dengan agak malu Upi mengaku dirinya putus sekolah selepas SD.Awalnya Upi ragu ingin melanjutkan sekolah di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar masyarakat).

Ia hanya ingin bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Namun, atas bujukan sang kakak, akhirnya gadis berusia 16 tahun ini mengambil program Paket B di PKBM 26 Bintaro. Alhasil sudah dua bulan belakangan Upi bergabung dengan teman lain yang mempunyai kasus serupa seperti dirinya di PKBM itu. Menurut Upi, belajar di PKBM murni harus belajar mandiri karena keterbatasan waktu belajar dan fasilitas. Tampaknya keterbatasan itu tidak menjadi halangan bagi dirinya untukmengenyamilmu.

Upi yang ingin melanjutkan ke Paket C ini,bahkan memiliki cita-cita tinggi ingin menjadi perawat, ”Yah kalau ada biayanya,” imbuh gadis yang tinggal di Sektor 5 Bintaro ini. Jika faktor ekonomi menjadi alasan Upi, lain lagi dengan Suprayogi dan Nasrullah. Mereka terpaksa mengambil program kesetaraan karena masalah kenakalan yang mereka lakukan.”Waktu kelas 3 SMP saya pernah tinggal kelas, akhirnya orangtua bilang daripada menghabiskan biaya untuk sekolah mendingbelajar di PKBM aja,”ujar Yogi sapaan akrabnya yang bergabung di PKBM Bina Bangsa Bersama (PKBM BBM).

Yogi berpendapat pengajaran yang diberikan di PKBM tidak jauh berbeda dengan di sekolah formal. Jika ada kesulitan ia pun tidak segan bertanya kepada tutor yang ada. Nilai plus belajar di sini, peserta juga diberikan keterampilan komputer termasuk penggunaan internet.Yogi yang mengikuti pelatihan internet selama sebulan yang diselenggarakan oleh PKBM BBM mengaku kini sudah mahir berselancar di dunia maya. Ia pun menjadi tempat bertanya bagi peserta lain.

Bukan hanya software, peserta PKBM ini juga diajak mengenal berbagai peranti keras komputer.Bekal keterampilan ini dirasakan sangat berguna bagiYogi. Ia tertarik mempelajari keterampilan ini karena di rumah keluarganya membuka servis barangbarang elektronik. Meski baru sebulan belajar ini, Yogi sudah dipercaya oleh tetangganya menangani masalah komputer milik mereka. ”Awalnya sempat ragu juga, tapi tutor saya selalu memberikan dorongan.

Dia bilang kalau misalnya enggakngertii letak kerusakannya di mana bisa diskusi dengan dia lewat telepon,” papar pemuda berusia 19 tahun ini. Yogi bersyukur dengan keterampilan yang didapat ia bisa menerima panggilan yang menambah pemasukannya. Bahkan, pemuda yang tinggal di bilangan Cidodol, Kebayoran Lama ini, dipercaya oleh pihak PKBM BBM sebagai tenaga administrasi di sana. Ia pun kapok melakukan kenakalan lagi dan bahkan ingin serius melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.

Nasrullah peserta PKBM 26 Bintaro memiliki pengakuan senada. Nasrullah yang putus sekolah karena perilakunya ini, kemudian dimasukkan ke PKBM oleh orangtuanya. Namanya PKBM, materi pengajaran yang didapatnya tidak optimal. Hal ini juga dikarenakan tutor bersangkutan kurang memahami pelajaran yang diberikan. Namun,ia tidak patah arang.Ia pun mencari referensi lain dari luar seperti internet misalnya dan giat belajar sendiri.

Selepas di sini, ia berencana akan mengambil kuliah di jurusan Tarbiah, Universitas Negeri Jakarta.Kendati berbagai kendala yang ditemui, Upi,Yogi, dan Nasrullah meyakini program kesetaraan ini dapat mengubah masa depan mereka. (sri noviarni)
Sumber:
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/267257/

The Power of Dreaming

Mimpi adalah aksi dari imajinasi murni, membuktikan dalam semua orang kekuatan kreatifnya, yang jika dibangun, akan membuat setiap orang seperti Dante atau Shakespeare. ~ H.F. Pagar

Warga belajar program paket kesetaraan perlu dipacu terus untuk belajar memiliki mimpi. Dengan memiliki mimpi dapat membangingkat semangat belajar dan menggapai cita-citanya, meskipun berasal dari lulusan non formal.

Apa yagn dimaksud mimpi di sini adalah kemampuan pribadi yang menyala-nyala untuk kehidupan masa depan yang lebih baik. Tidak sedikit anak remaja yang kurang memiliki mimpi. Bisa juga dikatakan visi, sebuah pandangna masa depan yang perlu diwujudkan dari sekarang.

Parahnay anak-anak sekarang kurang cukup tersedia orang-orang atau guru yang msiap emberi motivasi terus menerus, yang ada justru kritikan dan makian. Ini dapat menambah ketegangan dan sentiment antar golongan masyarakat.

Berkembangnya social networking seperti twitter, facebook dan lain-lain memang sangat menunjang untuk bisa mengapresiasikan kegundahan dan segala macam tetek benget jiwa yang mengganjal. Namun di sisi lain, dampak negatifnya perlu diwaspadai.

Mengapa visi dan misi perlu terus menerus disampaikan kepada warga belajar, setidaknya ada beberapa alasan berikut:

1. Warga kesetaraan dari Paket B dan Paket C biasanya bermasalah di sekolah formal. Rasa frustasi yang ditimbulkan di sekolah formal tidak terasa ikut dalam kebiasaan sehari-hari seperti kurang semangat belajar, cuek dalam belajar dan tidak perhatian dalam mengikuti pelajaran.
2. Di antara alasan para warga belajar yang ikut program kesetaraan hanya untuk mendapatkan hak eligible atau hak setara dalam mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini kurang dapat memberi porsi untuk ilmu pengetahuan.
3. Sesi belajar yang sangat terbatas di setiap tindakan kelas merupakan masalah tersendiri. Setiap minggu 3 hari dengan jam belajar efektif 3 jam. Ini berarti hanya 9 jam belajar dalam satu minggu. Padahal mata pelajaran yang diujian ada enam subject. Masalah ini sulit mendapat penguasaan belajar dengan baik.
4. Merasa kurang dihargai. Tidak sedikit warga belajar yang ikut program kesetaraan kurang menadpat perhatian dari keluarga dan mayrakat. Sebab ketika ditanya sekolahnya, ia malu mengatakan dari paket b dan paket c.

Dari masalah-masalah tersebut, paling tidak warga belajar program kesetaraan dihawatirkan kurang bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat pada umumnya. Apalagi jumlah lulusan terus bertambah sementara pengangguran terbuka bertambah angka.

Keterampilan sebagai Penunjang Mimpi

Titik masalah inilah yang perlu dijawab oleh semua pihak termasuk di pendidikan kesetaraan. Solusi yang mendesak adalah pentingnya keterampilan yang harus dimiliki oleh warga belajar. Dengan memiliki keterampilan paling tidak WB (warge belajar) bisa membuat percaya diri dan pada akhirnya menjawab mimpinya.

Mengapa mimpi, ia merupakan sebuah keinginan yang diciptakan dalam diri dan berusaha terus diingatnya dan dikonsentrasikan akan apa yang ada dalam benaknya itu tercapai.

Orang ada di dalam jiwanya api sperti itu, maka ia akan berjalan tidak ke samping atau ke belakang, tetapi lurus dan tetap konsekwen dalam jalur cita-citanya.

Penulis memiliki teman seorang yang sejak kecil ia terus-menerus mengucapkan kalimat saya ingin punya percetakan besar. Hampir setiap bertemu ia terus berbicara seperti itu, sekarang tidak kurang dari 10 tahun ia berkata dan bertemu saya, sudah memiliki perusahaan percetakan yang cukup besar omzet perbulannya. Salah satu partnernya adalah ia mencetak buku-buku kampus yang diedarkan seluruh Indonesia.

Ijazah Setara Pendidikan Formal

PKBM bertujuan memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja.

Waktu telah menunjukkan pukul 14.00 ketika sekelompok pemuda dengan berpakaian bebas,tampak memenuhi ruang kelas.Dibimbing oleh seorang tutor, mereka siap mengikuti pelajaran dengan segala keterbatasan. Para muda-mudi tersebut adalah peserta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bintaro 26. Mereka datang dari berbagai kalangan dan usia. Ada yang merupakan pembantu rumah tangga,baby sitter, loper koran, pengamen, atau office boy. Ada pula di antara mereka yang merupakan pegawai negeri sipil atau karyawan di sebuah perusahaan swasta yang mengambil program kesetaraan untuk keperluan kenaikan jabatan.

PKBM sendiri adalah suatu wadah berbagai kegiatan pembelajaran masyarakat yang diarahkan pada pemberdayaan potensi untuk menggerakkan pembangunan di bidang sosial, ekonomi,dan budaya. PKBM ini bertujuan memperluas kesempatan warga masyarakat, khususnya yang tidak mampu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah.

Salah satu kegiatan yang dilakukan di PKBM adalah menyelenggarakan program kesetaraan atau Kejar Paket A yang setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C yang setara SMA.Menurut Diana Widowati,selaku Sekretaris PKBM Bina Bangsa Bersama (BBM), para peserta program kesetaraan ini merupakan orang-orang yang putus sekolah karena berbagai alasan, yang utama adalah keterbatasan finansial. ”Makanya mereka memilih PKBM untuk melanjutkan pendidikan. Usia mereka mulai dari usia sekolah sampai 30 tahun ke atas,” kata Diana yang aktif di dunia pendidikan non formal sejak 1995 ini.

Program kesetaraan bukan hanya diikuti oleh mereka yang putus sekolah.Tidak sedikit di antara siswa pendidikan formal yang gagal dalam Ujian Nasional (UN), juga mengambil pendidikan kesetaraan ini. Tak heran, animo peserta program kejar Paket semakin bertambah ketika Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengeluarkan kebijakan ini.

Menurut Direktur Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal (Dirjen PNFI) Depdiknas DR Triadi,untuk tahun ini peserta program kesetaraan Paket A sebanyak 99.840 orang, Paket B sebesar 473.390 orang, sementara peserta Paket C sebanyak 31.0300 orang. ”Jumlah ini belum termasuk mereka yang gagal UN formal,”ujar Triadi. Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK) memiliki bobot dan kedudukan yang sama dengan UN pendidikan formal, terutama dalam hal menentukan kelulusan seseorang dari jenjang pendidikan tertentu.

”Jadi hanya penyelenggaraannya saja yang berbeda, tetapi prinsipnya sama dengan pendidikan formal,”kata Triadi. Kendati demikian, ada beberapa hal yang membedakan.Dalam UNPK, mata pelajaran yang diuji berbeda dengan UN pendidikan formal, yang hanya meliputi tiga mata pelajaran. UNPK jumlah pelajarannya lebih banyak dan menekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Untuk paket C jurusan IPA, yang akan diujikan adalah Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Kimia,Fisika, Biologi, dan Matematika.

Sementara, untuk jurusan paket C jurusan IPS meliputi Kewarganegaraan, Tata Negara, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Geografi, Ekonomi, dan Sosiologi. Nantinya begitu lulus, mereka akan mendapatkan ijazah kesetaraan. Pemegang ijazah program kesetaraan ini, memiliki hak eligibilitas dengan pendidikan formal setaranya, untuk melanjutkan ke satuan pendidikan yang lebih tinggi,termasuk perguruan tinggi. Selain itu, mereka pun memiliki hak yang sama seperti lulusan pendidikan formal lain, untuk melamar pekerjaan pada lembaga atau badan pekerjaan tertentu.

Nasrullah, salah seorang peserta PKBM 26 Bintaro yang mengambil program Paket B,tetap yakin untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, berbekal ijazah kesetaraan yang akan diperolehnya begitu lulus kelak. ”Rencananya lulus dari sini, saya akan mengambil jurusan Tarbiyah di UNJ,” ujar pemuda yang tinggal di Bintaro Permai ini. Senada dengan pengakuan Suprayogi yang akan mengambil ilmu hukum di salah satu perguruan tinggi swasta.Pemuda yang merupakan peserta program Paket C di PKBM BBM ini percaya ia akan mampu bersaing dengan calon mahasiswa lain yang berasal dari pendidikan formal.

Tingginya cita-cita mereka agak bertolak belakang dengan keadaan PKBM. Media pendidikan yang diperuntukkan dari masyarakat oleh masyarakat ini, sangat minim sarana dan prasarana. Hal ini dibenarkan oleh Bendahara PKBM 26 Bintaro Wawan Gunawan. ”Sarana seperti alat praktik dan alat peraga sangat terbatas,” papar Wawan.Sebut saja komputer untuk kegiatan praktik yang hanya berjumlah empat unit dari pemerintah.

Sedangkan tiga unit lainnya dibeli oleh pihak sekolah sendiri, itu pun masih Pentium satu dan bekas. Ia berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih kepada segenap PKBM yang ada untuk memperbaiki kualitas PKBM. (sri noviarni/KORAN SINDO)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/267258/

Kok Bisa Lupa

Manusia itu gudangnya lupa. Kita lupa pada sejarah. Anak lupa pada ayah. Ayah lupa pada ibu, ibu lupa pada perannya. Bangsa kita lupa pada perannya. Bangsa kita lupa pada kebudayaannya. Yah pada hakikatnya ingatan manusia memang terbatas adanya.

Lupa itu tidak ingat. Banyak contohnya, kalau orang mau jadi pejabat minta berkat di tempat-tempat keramat, supaya lekas diangkat dan cepat-cepat naik pangkat. Waktu kampanye, janjinya pada rakyat hebat-hebat, dengan pidato yang memikat. Sesudah menjabat uang rakyat malah disikat. Tidak ingat itu karena malas mencatat. Malas mencatat itu karena bawaan lahir, karena pada hakikatnya kita lebih senang di dongengi. Tinggal lenyeh-lenyeh tanpa harus berpikir.

Nenek moyang kita punya cerita. Konon Negoro Kuswantoro itu negara yang gemah ripah lohjinawi, tata titi tentrem karta tur raharjo. Disana tidak ada panas yang terlalu, tidak ada dingin yang terlalu, yang ada cuma ayem tentrem, ayem tentrem, eeemmmm koyo siniram banyu sewindu lawase.

Tapi kenyataannya saudara- saudara, negara kita tengah sekarat. Para birokrat cuma cari nikmat, sedang rakyat jelata tetap melarat. Padahal kita ini tinggal di negeri kaya, yang tanah dan airnya kaya penuh harta.

Kita tinggal di negeri yang ramah, tapi sekarang negeri kita seperti remah-remah, padahal hutan dan laut kita penuh anugrah. Karena para pemimpin pada serakah, akibatnya rakyat kecil hidupnya susah.

Kita ini tinggal di negeri yang rakyatnya tidak menyimpan dendam.
Kita lupa pernah di jajah. Belanda kita mafkan dan Jepang tidak seberapa dibanding penjajah baru di negeri kami…

Buktinya kita masih terus di jajah. Lihatlah televisi kita telah menjadi agen imperalisme, menjadi corong kapitalisme, dan menyebarkan budaya konsumerisme. Desa yang dulu perawan sekarang di jarah iklan, yang di kemas secara menawan . itulah penjajahan baru di negeri kami berbentuk pemeliharaan kebodohan dan peternakan kemiskinan yang tak berkesudahan…Oh tuhan! Itu jauh lebih menakutkan.

Bangsa ini terlalu banyak punya masalah. Pemerintah semakin tak jelas arahnya. Rakyat jelata cuma bisa pasrah. Di Senayan wakil rakyat cuma rapat, yang dibahas tak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat.

Lebih sering memuluskan dengar pendapat karena sebelumnya sudah di bagi Zakat. Namun akhirnya kami semakin pandai melupakan masalah karena kami tak tau lagi cara mengatasinya. Kami jadi pura-pura lupa karena rasanya setiap masalah hilang di isap udara.

Oh.. Tuhan! lepaskan kami, dari belenggu penjajah, kembalikan senyum yang dulu menghiasi wajah-wajah kami.

Penulis, Alumni WB Paket C 2009

Beasiswa Diknas Siapa Mau Ikut

Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam hal ini menyelenggarakan Program Beasiswa BIDIK MISI. Tidak tanggung-tanggung, Diknas siap memberikan beasiswa untuk 2000 pelajar termasuk dari Paket C agar bisa kuliah. Program Beasiswa ini sendiri merupakan salah satu Program 100 Hari Depdiknas yang bertujuan untuk memutus rantai kemiskinan. Hayo anak paket C juga boleh ikutan. Beasiswa Bidik Misi merupakan beasiswa yang diberikan untuk biaya kuliah dan biaya hidup. Yang menjadikan alasan Depdiknas menyelenggarakan program beasiswa ini yaitu jumlah masyarakat miskin yang relatif masih tinggi, masih sedikitnya masyarakat miskin yang mengenyam pendidikan tinggi, meningkatkan peran perguruan tinggi dalam mengurangi angka kemiskinan, dan menerapkan prinsip non-diskriminatif pendidikan, serta untuk mewujudkan pendidikan untuk semua (education for all).

Dengan Beasiswa ini maka peran pendidikan dalam memutus rantai kemiskinan yakni melalui keikutsertaan mahasiswa dari masyarakat kurang mampu yang memasuki jenjang pendidikan tinggi, dimana hasilnya akan bermuara pada peningkatan kemampuan kapasitas pengetahuan sekaligus kesempatan untuk memperoleh lapangan kerja yang lebih baik atau dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Dengan pendidikan tidak hanya dapat menyelesaikan masalah kemiskinan struktural, tetapi disamping itu juga dapat mengangkat derajat dan martabat keluarga yang kurang mampu. Semua itu memang harus diakui bahwa lulusan perguruan tinggi memiliki peluang relatif lebih besar dalam memperoleh kesempatan kerja ataupun dalam menciptakan peluang/lapangan pekerjaan.

Adapun sasaran beasiswa BIDIK MISI ini diperuntukkan bagi lulusan SMA/SMK/MA/MAK/Kejar Paket C tahun 2010 yang berprestasi dan orang tua/walinya tidak mampu secara ekonomi, dan bagi Perguruan Tinggi Negeri, baik dibawah naungan Depdiknas (82 Perguruan Tinggi) maupun Departemen Agama (Depag) (22 Perguruan Tinggi), serta dapat memilih maksimal 2 program studi, baik dalam satu Perguruan Tinggi atau di dua Perguruan Tinggi yang berbeda.

Beasiswa ini akan diberikan kepada 20 ribu Mahasiswa yang akan digunakan sebagai biaya kuliah dan biaya hidup sampai dengan selesai studi. Besarnya beasiswa tersebut yaitu Rp10 Juta per tahun atau Rp5 juta per semester, dimana terlebih dulu mengutamakan biaya hidup, sedangkan untuk biaya kuliah, Perguruan Tinggi dapat menanggung kekurangannya.

Artikel ini Kami kutip dari : pkbm26bintaro.wordpress.com

Suka Duka Mengajar Siswa Paket

Mengajar di PKBM sangat berbeda dengan menghadapi murid di sekolah formal. Tidak saja karena kondisi siswa/siswi di sekolah kesetaraan yang butuh banyak perhatian, kesiapan mental juga harus ditempa. Karena mengajar di PKBM berbeda jauh dengan guru di sekolah formal, kalau di PKBM harus sabar menghadapi anak-anak / warga belajar yang kurang sopan, tidak disiplin dan kadang suka mengejek, maka akan sangat berharga jika seorang guru paket B atau paket C bila mampu telaten, memperhatikan warga belajar selaykanya anak sendiri. Karena keterikatan dengan warga belajar harus banyak diperhatikan, karena kebanyakan anak-anak program paket itu tidak sebanyak pengalaman anak-anak formal. Karenanya, bagi guru yang mengajar di PKBM mesti sabar jika kurang bisa mendapatkan perhatian anak-anak. Sebab dengan kesabaran itu transfer ilmu dan juga bimbingan serta arahan bisa diberlakukan.

Selain itu perlunya penegakan disiplin meskipun sedikit demi sedikit akan memberikan dampak postitif terutama dalam kerajinan dan keseriusasn adalam interaksi belajar, karena tidak semua siswa di PKBM mempunyai tata krama yang baik, hal tersebut biasanya sering disebabkan karena siswa / Warga Belajar berumur lebih tua dibandingkan dengan tutornya, atau Siswa paket yang sering seenaknya keluar masuk ruangan tanpa permisi dan kadang tidak mau ikut pelajaran gara-gara pertimbangan suka dan tidak suka dengan tutor. Oleh karena itu kesabaran dan kepedulian kita menjadi sangat penting ketika kita menjadi tutor di sebuah PKBM.

Rabu, 30 Juni 2010

Ujian Paket B




Kemarin dan hari ini Ujian Paket B, ujian dikota Langsa sendiri berlangsung di SMP Negeri 3 Langsa. adapun mata pelajaran ujian tersebut PKN, Bahasa Inggris, Matematika, Ekonomi & IPS. Ya semoga saja semua dapat berjalan dengan lancar dan tak ada kesulitan berarti, karena sangat disayangkan bila diatara mereka ada yang tidak dapat menyelesaikan ujian tersebut.

Jumat, 25 Juni 2010

Ujian Paket C



Alhamdullilah Ujian Paket C telah selesai dilaksanakan pada tanggal 22 s/d 25 Juni, dan mudah-mudahan para peserta ujuan khususnya dari Yayasan kami Nur Ikhsan tidak mendapatkan kesulitan berarti, karena kami telah berusaha memberikan berbagai macam materi dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk kesiapan mereka dalam menghadapi Ujian Paket C. Sangatlah disayangkan jika ada beberapa diantara mereka yang tidak dapat mengikuti Ujian tersebut, Karena mereka yang tidak mengikuti Ujian tersebut mau tidak mau harus kembali mengikuti Ujian tersebut pada kesempatan berikutnya. Namun disini ada yang satu masalah yang sangat memprihatinkan yakni dimana salah seorang peserta Ujian tidak dapat mengikuti Ujian tersebut dikarenakan ia harus bekerja di saat Ujian berlangsung jadi dengan sangat terpaksa ia pun tidak dapat mengikuti Ujian tersebut. yang sangat saya sayangkan adalah dimana tidak adanya keringanan / dispensasi dari tempat ia bekerja agar ia dapat mengikuti Ujian yang hanya berlangsung beberapa hari saja, yah semoga saja hal seperti ini tidak terjadi di kemudian hari, dan semoga juga kita selaku pengelola Yayasan lebih Pro-Aktif membantu kelancaran peserta didik masing-masing Yayasan, agare hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi di kemudian hari...

Sabtu, 19 Juni 2010

Kegiatan Tata Rias PKBM Nur Ikhsan



Beginilah Kegiatan Tata Rias PKBM Nur Ikhsan, Kegiatan ini dimaksudkan sama seperti kegiatan lainnya yakni memberikan bekal keterampilan kepada anak didik kami agar selepasnya dari PKBM ini mereka telah memiliki keterampilan yang dapat dijadikan sebagai mata pencarian mereka kelak.

Kegiatan Budidaya Ikan Nila & Lele PKBM Nur Ikhsan



Kemajuan zaman yang semakin maju seperti sekarang ini menuntut semua pihak untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dapat dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, dimana dengan menguasai ilmu dan teknologi kita akan mampu mengantisipasi segala perubahan yang ada.
Sebagian besar warga masyarakat yang tinggal di desa Blang Pase Kecamatan Langsa Kota bermata pencaharian pedagang, Pegawai Negeri Sipil dan lain sebagainya, ini semua dimungkinkan karena di lokasi ini kondisi sosial ekonomi masyarakat desa Blang Pase tidak merata dari segi pendapatan, dikarnakan tingkat pendidikan didesa ini juga bervariasi, sehingga perbedaan kehidupan mereka juga sangat mencolok, warga yang tinggal di pelosok desa rata-rata berprofesi sebagai pedagang, sedangkan yang tinggal di pinggir kota banyak yang menjadi pegawai.
Disamping itu dalam program yang dicanangkan oleh pemerintah baru-baru ini mengenai program pendidikan kejuruan yang mengutamakan keterampilan praktis, maka sangat relevan jika program yang akan dilaksanakan oleh Yayasan Nur Ikhsan dalam rangka menyambut dan meyahuti program yang telah dicanangkan oleh pemerintah, melalui program “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill)”
Untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing output yang telah menjadi binaan selama ini, maka Yayasan Nur Ikhsan mengangkat suatu program Budidaya Ikan Nila & Lele yang sangat dibutuhkan oleh warga masyarakat sekitar yang belum mempunyai keterampilan, disamping itu banyak kalangan terutama warga masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah sangat mengharapkan jenis kegiatan yang dapat memberikan jenis keterampilan praktis bagi peningkatan pendapatan keluarga.
Melalui program pelatihan Budidaya Ikan Nila & Lele warga belajar dapat mengembangkan dan menerapkan ilmu yang diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari baik yang belum menguasai kemampuan dalam bidang Peternakan & Budidaya Ikan Nila & Gurame secara sempurna ataupun yang sudah mahir.
Oleh sebab itu dengan adanya program Budidaya Ikan Nila & Lele ini akan memberikanberbagai macam keterampilan yang sangat bermanfaat bagi warga belajar yang mengikuti program ini dan kedepannya akan bisa menjadi program model bagi pengembangan program kedepan.